Foto: Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi. Dok: Istimewa. Jakarta - Komoditas jagung yang menopang pangan pokok lainnya sebagai pakan ternak unggas, terus dikembangkan oleh pemerintah. Komitmen pemerintah dalam komando Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga kepentingan petani dan peternak dalam 10 bulan pertama pemerintahan, sangat kentara. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat membersamai kunjungan Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto atau akrab dipanggil Titiek Soeharto di Balai Pengembangan Perbenihan dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Pertanian (BP3MBTP), Gunungkidul, Yogyakarta pada Rabu (6/8/2025). Di lokasi yang sama pun sedang dihelat pula Jogja Benih Expo yang merupakan gelaran perdana pemerintah daerah setempat. "Sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo dan diputuskan dalam Rakortas bersama Bapak Menko Pangan, harga jagung hari ini dengan kadar air 18 sampai 20 persen, dapat diserap oleh Bulog dengan harga Rp 5.500 per kilogram. Kemudian apabila kadar air mampu ditekan sampai 14 persen, ditambahkan Rp 900, menjadi Rp 6.400 per kilogram," papar Arief. Terkait itu, ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) komoditas jagung telah diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 216 Tahun 2025 yang diterbitkan tengah Juli lalu. Ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Jagung Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Jagung Pemerintah (CJP). HPP jagung pipilan kering di tingkat petani Rp 5.500 per kilogram (kg) diberlakukan kepada Perum Bulog dengan ketentuan kadar air 18 sampai 20 persen. Sementara HPP Rp 6.400 per kg untuk jagung pipilan kering di gudang Bulog dengan kadar air maksimal 14 persen dan aflatoksin maksimal 50 part per billion (ppb). Realisasinya, Bulog telah menyerap jagung produksi dalam negeri sebanyak 61,4 ribu ton sampai 5 Agustus 2025 ini. Sementara total stok jagung yang disimpan Bulog totalnya 72,1 ribu ton yang terdiri dari CJP 72 ribu ton dan komersial 146 ton. "Jadi pada saat petani jagung kita lagi semangat nandur, harganya harus dijaga secara baik. Ini juga merupakan arahan Ibu Ketua Komisi IV DPR RI. Petani dan peternak tidak boleh susah. Bulog siap serap dengan target 1 juta ton untuk jagung," kata Arief lagi. Dalam Panel Harga Pangan NFA, rerata harga jagung pipilan kering di tingkat petani secara nasional per 6 Agustus, mulai mengalami penyesuaian harga mendekati HPP Rp 5.500 per kg. Sebulan sebelum 6 Agustus, rerata harga berada di angka Rp 4.921 per kg. Kemudian mulai meningkat 4,43 persen menjadi Rp 5.139 per kg. Untuk diketahui, NFA turut mendukung gelaran Jogja Benih Expo dengan menyelenggarakan Gerakan Pangan Murah (GPM). GPM dihadirkan secara kolaboratif bersama mitra BUMN dan swasta antara lain Bulog, ID FOOD, PT PPI, Gapoktan Makarnyo, Kelompok Tani Ngudi Makmur, UD. BM, UD. Sumber Telur Jaya, PT Januputra, Kios Pangan Yogyakarta, Koperasi Bina Insan Berdikari, dan Asosiasi Pasar Tani. Di saat yang sama, Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto mengungkapkan perhatiannya terhadap benih yang akan menentukan kualitas panen nantinya. Menurutnya, swasembada pangan dapat tercapai dengan benih yang unggul dan berkualitas. "Tanpa benih yang berkualitas, mustahil kita bisa mencapai swasembada. Oleh karena itu, kita terus mendorong agar riset dan inovasi benih terus ditingkatkan. Kedua, sistem distribusi benih harus dijaga integritas dan keadilannya agar petani mendapatkan akses pada benih unggul dengan harga yang wajar dan kualitas yang terjamin," papar Titiek. "Ketiga, penting untuk memperkuat kemandirian perbenihan nasional dengan memperbanyak petani sumber benih, mempercepat proses sertifikasi, dan memberikan insentif kepada penangkar lokal. Saya percaya Jogja Benih Expo ini bukan hanya ajang pameran, tetapi juga ruang dialog terbuka untuk kita bisa bertukar ide, membangun jejaring, dan memperluas kemitraan yang saling menguntungkan," sambungnya. Selanjutnya, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam X menuturkan urgensi benih unggul sebagai fondasi ketahanan pangan dan kedaulatan bangsa. "Tema Jogja Benih Expo, Jembatan Inovasi Perbenihan Menuju Pertanian Berkelanjutan, sangat tepat di tengah krisis iklim, fluktuasi pasar global, dan meningkatnya kebutuhan pangan," ujar Wagub Paku Alam X. "Benih unggul ini bukan sekedar input, melainkan fondasi ketahanan pangan dan kedaulatan bangsa. Hari ini tidak bisa lagi bertumpu pada pola konvensional semata. Namun demikian teknologi bukan untuk menggantikan kearifan petani, melainkan untuk memperkuatnya, agar pertanian kita tidak hanya maju secara produksi, tetapi juga kokoh secara budaya," sebutnya. Terakhir, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan Jogja Benih Expo ini menjadi perwujudan tekad Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menjadi daerah penghasil jagung. Salah satu strateginya melalui inovasi perbenihan yang mumpuni. "Melalui acara ini kami berharap dapat memperkuat jejaring antar petani, pengusaha, akademisi, dan pemerintahan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Inovasi pembenihan sebagai jembatan menuju pertanian yang tangguh, ramah lingkungan, dan berkelanjutan adalah langkah strategis dalam menghadapi tantangan global, perubahan iklim, krisis pangan, dan degradasi lahan," urainya. Turut hadir pula dalam pembukaan Jogja Benih Expo hari ini antara lain Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Idha Widi Arsanti, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan NFA Hermawan, dan juga Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik TVRI Iman Brotoseno. BACA JUGA : Lindungi Masyarakat, NFA Lakukan Transformasi Perberasan Nasional Kolaborasi Badan Pangan Nasional dan PT POS Indonesia dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional NFA Perkuat Pemantauan Beras, Pastikan Mutu dan Ketersediaan di Ritel dan Pasar Rakyat NFA Pastikan Penerapan Kebijakan Beras Terbaru Punya Periode Transisi dan Zonasi Harga Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.