Foto: Unggahan permintaan maaf Erick Thohir di Instagram . Dok: istimewa. Jakarta - Unggahan Ketua Umum PSSI Erick Thohir di Instagram, yang berisi ucapan terima kasih dan permintaan maaf atas kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026, memicu gelombang kritik dan kekecewaan dari publik. “Terima kasih kepada suporter, pemain, dan ofisial atas perjuangan untuk bisa sampai Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertama kali dalam sejarah, Indonesia bisa sampai di titik sejauh ini,” tulis Erick. Ia menambahkan permohonan maaf karena mimpi tampil di Piala Dunia belum bisa diwujudkan. Namun, bagi banyak suporter, kalimat itu terasa seperti pelipur lara yang hampa. Kekecewaan meluas di kolom komentar. Akun @pasukan_garudarevolution menulis keras, “PATRIK OUT, ATAU KAMI GERUDUK?” komentar itu disukai lebih dari 25 ribu pengguna hanya dalam hitungan jam. Nada kemarahan publik mengarah pada keputusan-keputusan strategis di tubuh PSSI, terutama penunjukan pelatih asing Patrick Kluivert yang dinilai gagal membawa Timnas tampil konsisten. “Sebetulnya bukan mimpi, Pak, tapi jadi mimpi karena ah sudahlah,” tulis akun @pulauumusic dengan nada getir, mencerminkan rasa frustrasi yang meluas di kalangan pendukung. Kritik publik kali ini tidak hanya soal hasil pertandingan, tetapi juga menyentuh persoalan yang lebih mendasar, yakni tata kelola sepak bola nasional. Banyak yang menilai PSSI masih terjebak dalam pola “coba-coba” tanpa arah yang jelas. Pergantian pelatih di tengah proses, kurangnya transparansi dalam evaluasi tim, hingga komunikasi publik yang terkesan normatif dinilai memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap federasi. Capaian Indonesia hingga babak keempat memang disebut sebagai sejarah baru. Namun bagi banyak pengamat, “sejarah” tidak boleh menjadi tameng untuk menutupi kelemahan sistemik, manajemen yang belum solid, kebijakan teknis yang berubah-ubah, serta arah pembinaan jangka panjang yang belum terlihat nyata. Kegagalan menuju Piala Dunia seharusnya menjadi momentum refleksi keras bagi Erick Thohir dan jajaran PSSI. Publik menuntut lebih dari sekadar unggahan permintaan maaf mereka menunggu langkah konkret, arah pembinaan yang terukur, dan keberanian mengakui kesalahan strategi. Karena bagi jutaan suporter yang setia, sepak bola bukan sekadar “mimpi”, tetapi cermin harga diri bangsa. Dan harga diri itu tidak seharusnya terus dikorbankan oleh kebijakan yang salah arah. BACA JUGA : Tagar #KluivertOut dan #ErickOut Menggema, Keputusan PSSI Dinilai Bunuh Mimpi Juta Rakyat Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.