Puncak HAD 2018

Pesan Lestarikan Alam untuk Air dari Rawa Pening

menteri pupr basuki hadimuljono Foto: Dirjen SDA Kementerian PUPR Imam Santoso dalam acara Puncak peringatan HAD 2018 di Bukit Cinta, Danau Rawa Pening, Semarang. (Ali Ramadan)

Semarang - Puncak peringatan Hari Air Dunia (HAD) tahun 2018 di Bukit Cinta, Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/4) meneguhkan kembali pentingnya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga kelestarian alam untuk air.
 
"Kelestarian sungai, danau, embung dan waduk atau SDEW harus dijaga bersama. Penanganan danau dilakukan dengan serius, karena memberikan manfaat yang sangat besar,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu.
 
Menteri Basuki juga mengatakan peringatan HAD tidak hanya seremoni semata, namun berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dilakukan di seluruh Indonesia.
 
Kementerian PUPR, melalui balai besar dan balai wilayah sungai di berbagai daerah menyelenggarakan kampanye peduli air melalui kegiatan bersih sungai bersama komunitas, tanam pohon di bantaran SDEW, seminar, sosialisasi panen air hujan, pembuatan lubang biopori, lomba daur ulang sampah, lomba karya ilmiah dan lomba menggambar bertemakan HAD.
 
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Imam Santoso mengatakan dipilihnya Danau Rawa Pening sebagai lokasi puncak HAD 2018 merupakan bagian dari kampanye kepada publik bahwa danau yang memberi banyak manfaat ini perlu dijaga bersama kelestariannya.
 
Dalam acara itu juga diisi oleh pembacaan Deklarasi Rawa Pening yang berisi ajakan memperkuat kerjasama dan melibatkan masyarakat dalam kelestarian SDEW. Selain itu juga dilakukan kegiatan tabur sebanyak 26 ribu benih ikan.
Danau Rawa Pening merupakan danau alam di Kabupaten Semarang. Keberadaan danau memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai sumber air baku, sumber air irigasi lahan pertanian serta menjadi tempat budidaya ikan air tawar warga.
 
Air Danau Rawa Pening juga menjadi sumber pembangkit listrik PLTA Timo sebesar 12 MW dan PLTA Jelok sebesar 20 MW.
 
Namun meningkatnya jumlah dan luasan eceng gondok mengakibatkan menurunnya fungsi danau dan memberikan tambahan tekanan sedimentasi dan pencemaran. Bahkan pada tahun 2015 menutup hampir 47% dari luasan danau.
 
Pencemaran danau juga disumbang dari limbah deterjen, limbah ternak, dan limbah budidaya ikan yang berasal dari 600 unit keramba ikan.
 
Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana melakukan pembersihan eceng gondok menggunakan alat seperti berky, truxor, dredger dan tenaga manual.
 
“Saat ini dioperasikan 6 alat berat dengan kemampuan memanen 1 Ha/hari. Tahun ini akan ditambah 2 alat lagi sehingga bisa 1,5 Ha/hari. Progresnya sudah 40% dan ditargetkan tahun ini sudah dapat dibersihkan. Kita harapkan kondisi Danau Rawa Pening menjadi rawa bening,” tutur Imam Santoso.
 
Danau Rawa Pening yang bersih nantinya juga bisa digunakan sebagai lintasan dayung. Sekarang sudah dilakukan ujicoba namun masih terganggu adanya eceng gondok.
 
Untuk mengurangi sedimentasi, dibangun cek dam penahan sedimentasi di daerah hulu sungai.
 
Selain itu, Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya juga akan melakukan penataan kawasan Bukit Cinta sebagai salah satu lokasi tujuan wisata.
 
“Tahun ini akan dimulai pekerjaannya dan ditargetkan bisa selesai tahun 2019,” kata Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo.
 
Penataan yang dilakukan diantaranya perbaikan dermaga, penbangunan promenade dan amphitheatre, area kuliner, fasilitas dayung, jogging track dan perluasan parkir.
 
Turut hadir dalam acara tersebut Anggota Komisi V DPR RI Sudjadi, Bupati Semarang Mundjirin, Budayawan Slamet Rahardjo, Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo, Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Balitbang Danis H. Sumadilaga, Staf Ahli Menteri PUPR Adang Saf Ahmad, para pegawai Kementerian PUPR, perwakilan komunitas peduli sungai dari seluruh Indonesia, para pelajar dan masyarakat.