Firman Subagyo: Kementan Harus Hati-Hati Buat Pernyataan

FirmanSubagioAnggotaDPRRI Foto: Friman Subagio, Anggota DPR RI komisi IV

Jakarta-Friman Subagyo, Anggota DPR RI komisi IV langsung mengingatkan pemerintah tentang pernyataan pemerintah bahwa, stok pangan aman sampai akhir tahun 2020. Menurut politisi Golkar ini, seharusnya Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) harus berhati-hati membuat penyataan terkait produksi pangan sepanjang tahun ini. 

Jika ternyata di luar prediksi atau meleset, maka hal ini bisa saja dimanfaatkan oleh oknum atau mafia pangan untuk masuk dan mengacaukan stok pangan. Pasalnya, kalau Kementan saat ini sudah men-declear-kan bahwa jaminan stok kebutuhan pangan nasional aman, maka semuanya harus dikroscek kembali kesiapan itu.

“Karena pemerintah sudah menjamin panen raya diperkirakan akan mencapai 4,5 juta ton/hari. Artinya bahwa itu bagus, tetapi pemerintah juga harus waspada karena iklim kemarau ini kan juga harus diprediksi dan kemudian tingkat produksi pangan di tiap daerah juga tidak sama seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan di provinsi lainnya semua tidak sama,” ujar Firman.

Menurut politisi Golkar ini, pemerintah harus mengkroscek lagi, karena produksi pangan di tingkat daerah tidak sama, tergantung kondisi yang ada dan kesuburan lahannya. Apalagi, bila unsur hara tanahnya itu di bawah 3 persen, pastinya itu tidak bisa panen di atas 4 sampai 5 ton.

“Oleh karena itu, mereka harus hati-hati menetapkan produksi pangan jangan sampai lengah. Lengah dalam arti prediksinya tidak tepat sehingga nanti akan berpengaruh pada stok pangan nasional. Kalau itu terjadi makan bisa menimbulkan gejolak di masyararakat,” sebutnya.

Sedari sekarang Kementan dinilai sebaiknya sudah harus mulai menginventarisir lahan pertanian di Indonesia, ada berapa jumlahnya. Pemerintah katanya pun harus melakukan tes lahan terhadap unsur haranya sampai berapa persen. Lalu, irigasi teknisnya apakah masih berfungsi atau tidak. Tentunya, kesiapan-kesiapan lain terkait tenaga manusia pun harus diperhitungkan.

“Jadi semua ini tidak bisa seperti hanya matematika atau menggunakan angka ramalan yang rata-rata ditargetkan dengan 6 ton. Dan data-datanya haruslah akurat, jangan sampai ada gejolak kedepan pada pangan kita,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementan bergerak cepat melakukan berbagai upaya dan terobosan di tengah pandemi Covid-19 dan ancaman krisis pangan dunia serta prediksi musim kemarau. Sejumlah langkah antisipasi itu, disampaikan dalam berbagai kesempatan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), antara lain gerakan percepatan tanam padi, pengembangan lahan rawa, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan beras pemerintah dan lumbung pangan masyarakat.

Selain itu, juga dukungan infrastruktur fisik dan non fisik seperti irigasi, jalan usaha tani, Kredit Usaha Rakyat (KUR) alsintan dan pasca panen, asuransi usahatani, serta sistim logistik dan distribusi. “Kunci keberhasilan adalah tersedianya air, benih serta pupuk yang cukup dan tepat waktu,” sebut Mentan SYL masih dirilis Firman.

Sedangkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi mengungkapkan, ketersediaan beras nasional hingga akhir 2020 diperkirakan aman dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
“Terhadap 11 komoditas bahan pangan pokok sampai dengan Desember umumnya aman. Artinya bahwa dari stok yang ada kemudian dari produksi berjalan pada semester pertama serta produksi pada semester kedua, kita perkirakan aman,”sebut Agung ketika menjadi pembicara di Webinar Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Berdasarkan hasil perhitungan prognosa ketersediaan dan kebutuhan beras tahun 2020, dengan jumlah penduduk lebih dari 269 juta jiwa dan kebutuhan beras nasional sebesar 111,58 kg/kap/th, total kebutuhan beras diperkirakan mencapai 30,08 juta ton. Sementara itu, perkiraan produksi beras nasional pada tahun 2020, diprediksi mencapai 30,26 juta ton, sehingga terdapat surplus beras sekitar 175,87 ribu ton.

Dengan adanya stok awal tahun 2020 sebesar 5,94 juta ton (berdasarkan laporan neraca kumulatif surplus/defisit dari BPS), maka pada akhir tahun 2020 akan terdapat surplus beras sekitar 6,11 juta ton. “Surplus beras 6,11 juta ton ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional bahkan hingga awal tahun 2021,” tambahnya.

Data produksi beras tersebut dihitung berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, yang merupakan data realisasi bulan Januari-April 2020 dan potensi luas panen dan produksi bulan Mei-Juli 2020.

Sedangkan prediksi produksi beras bulan Agustus-Desember 2020, berdasarkan data Angka Sasaran Produksi Padi Tahun 2020 Ditjen Tanaman Pangan dengan mempertimbangkan faktor koreksi puso sekitar 4 persen sebagai dampak covid-19. “Memang apabila dilihat dari neraca bulanan, ada bulan-bulan tertentu terjadi defisit, tetapi akan dapat terpenuhi dari carry over bulan-bulan sebelumnya. Sebagai gambaran, stok beras pada akhir Mei 2020 sekitar 3,62 juta ton yang terdapat di Perum Bulog 1,46 juta ton, di Penggilingan 1,38 juta ton, serta di Pedagang 0,77 juta ton,” ujar Agung.

“Stok tersebut belum memperhitungkan stok di rumah tangga, hotel, restoran, katering, industri, dan lainnya,” tambah Agung. Berdasarkan data surplus dan defisit beras kumulatif dari BPS, pada Januari hingga Mei 2020 dan memperhitungkan carry over surplus 2019, ada surplus beras sebesar 8,45 juta ton pada akhir Mei 2020.

Mencermati kondisi dan data tersebut, Agung meyakini jika ketersediaan beras nasional sampai akhir tahun 2020 dalam kondisi cukup dan aman, bahkan sampai dengan awal tahun 2021.

   
BACA JUGA :