Perdagangan

Kemendag Dorong Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang

Marolop Foto: Marolop Nainggolan, Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor (ketiga dari kiri mengenakan batik) bersama Japan External Trade Organization (JETRO) Jakarta, dan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit (APCASI) memfasilitasi pertemuan bisnis pelaku usaha cangkang sawit Indonesia dengan pelaku usaha industri biomass dari Jepang di Pekanbaru (25/11)

Pekanbaru-Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional bersama Japan External Trade Organization (JETRO) Jakarta, dan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit (APCASI) memfasilitasi pertemuan bisnis pelaku usaha cangkang sawit Indonesia dengan pelaku usaha industri biomass dari Jepang.

Hasil dari pertemuan yang berlangsung di Pekanbaru (24 - 25/3) tersebut menghasilkan potensi transaksi dagang produk cangkang sawit sebesar USD 12 juta per tahun.

"Dalam rangka menjaga surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan produk dan komoditi berpotensi ekspor yang memiliki permintaan dan nilai jual yang tinggi di pasar global, salah satu di antaranya adalah cangkang kelapa sawit,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi di tempat terpisah.

Perdagangan ekspor produk cangkang sawit Indonesia pada Januari–September 2021 telah mencapai USD 286 juta atau meningkat 27,01% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020.

Adapun negara tujuan ekspor utama produk cangkang sawit Indonesia yaitu Jepang dengan pangsa sebesar 84,5% dari total ekspor cangkang sawit Indonesia. 

Kemudian, diikuti oleh Thailand, Singapura, Korea Selatan dan India. 

Sementara itu pasokan cangkang sawit di Indonesia berasal dari Jambi, Riau, Sumatera Barat, Kalimatan Tengah dan Sumatera Utara.

Pangsa Pasar

Jepang saat ini merupakan pasar yang terbesar bagi cangkang sawit dan diperkirakan akan terus menjadi menjadi pasar utama untuk komoditi tersebut. 

Hal ini dimungkinkan dengan adanya kebijakan energi Jepang yang menetapkan pemenuhan 24 % energi yang dihasilkan pada tahun 2030 berasal dari energi baru dan terbarukan (renewable energy).

"Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional bersama dengan Japan External Trade Organization berupaya mempertahankan dan meningkatkan ekspor cangkang sawit ke Jepang. Salah satu bentuk kerja sama tersebut adalah melalui kegiatan One on One Business Matching yang diselenggarakan pada hari ini”, ungkap Marolop Nainggolan, Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor di Pekanbaru (25/11).

Marolop menambahkan, selain melalui pertemuan bisnis Kemendag juga mengajak pelaku usaha Jepang untuk mengunjungi stockpile dan pabrik penghasil cangkang sawit di daerah Siak dan Dumai. 

"Dengan harapan agar calon mitra bisnis dari Jepang meyakini besarnya potensi cangkang kelapa sawit Indonesia dan berminat untuk menjalin kerja sama bisnis jangka panjang dengan pelaku usaha lokal," kata Marolop.

Dari hasil business matching sebelumnya, pada awal bulan November telah dilakukan pengiriman cangkang sawit oleh PT. Internasional Green Energy dan PT. Prima Khatuliastiwa Sinergi sebanyak 10 ribu ton dan 11 ribu ton. 

Hal ini untuk memenuhi kontrak pengiriman per bulan secara kontinu ke pasar Jepang.

Selanjutnya pada awal Desember akan dilakukan pengiriman cangkang sawit sebanyak 20 ribu ton oleh PT. Jatim Propertindo untuk memenuhi kontrak yang serupa dengan perusahaan di Jepang.

Kompetitor utama Indonesia untuk produk cangkang sawit adalah Malaysia dan Thailand sementara produksi dunia sebagian besar berada di Indonesia.

Namun demikian eksportir cangkang sawit Indonesia menghadapi kompetisi yang relatif ketat dengan eksportir Malaysia.

Harga cangkang sawit di Malaysia relatif lebih murah dan stabil sedangkan harga di Indonesia fluktuatif dan cenderung naik akibat adanya bea keluar dan pungutan ekspor ditambah kurangnya infrastruktur pendukung.