BGN Tegaskan Standar Anggaran MBG Tetap, Fokus pada Pemerataan Gizi Nasional

badangizinasional,bgn,dadan Foto: Wakil Kepala BGN, Nanik Sudaryati Deyang. Dok: Istimewa.

Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan tidak ada perubahan anggaran per porsi untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang kini ditetapkan sebesar Rp10.000. Kebijakan ini dinilai masih relevan untuk sebagian besar daerah, meski terdapat disparitas harga bahan pokok antarwilayah.

Wakil Kepala BGN, Nanik Sudaryati Deyang, menjelaskan bahwa pemerintah terus mengevaluasi kecukupan anggaran tersebut tanpa harus menaikkan pagu secara nasional.

“Rp10.000 itu masih cukup untuk sebagian besar wilayah, terutama di Jawa. Tetapi memang ada daerah seperti Maluku dan Papua yang membutuhkan penyesuaian karena harga bahan bakunya lebih tinggi,” katanya, Kamis (23/10/2025).

Ia menekankan bahwa pelaksanaan MBG tidak bisa menggunakan satu pola tunggal. BGN memberi ruang kepada pemerintah daerah untuk menyesuaikan besaran biaya operasional agar tetap sesuai dengan kondisi pasar lokal.

“Kita serahkan kepada Pemda untuk menyesuaikan kebutuhan dan harga bahan baku di lapangan. Mereka lebih tahu situasi daerahnya,” ujar Nanik.

Nanik mencontohkan, di beberapa wilayah Papua, harga satu porsi makanan bergizi bahkan bisa mencapai lebih dari Rp30.000, terutama karena keterbatasan pasokan pangan dan tingginya biaya distribusi.

Selain soal anggaran, BGN juga menekankan pentingnya integritas pelaksana di lapangan. Ia meminta agar setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak mencari keuntungan dari penyediaan bahan makanan.

“Setiap porsi MBG harus sesuai standar: dua lauk, susu, dan bahan baku berkualitas. Jangan sampai anggaran dipangkas di tengah jalan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Nanik menyebut program MBG merupakan amanat langsung Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan status gizi masyarakat, khususnya anak-anak sekolah. Karena itu, pelaksanaannya akan terus diawasi secara ketat agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

“Kita ingin anak-anak di Jawa, Kalimantan, hingga Papua mendapatkan kualitas makanan yang sama baiknya. Pemerataan gizi menjadi kunci masa depan generasi Indonesia,” tutup Nanik.